Monday, December 01, 2008

MySTORY : "MY HERO"

Faith is taking the first step even when you don't see the whole staircase. ~Martin Luther King Jr.


Aowww... tanganku di cubit setan-setan kecil yang berada di dekatku, aku tak tau yang mana, mereka berbisik-bisik dan tersenyum-senyum malu. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Wajah-wajah polos itu memancarkan keingintahuan yang amat sangat, penuh selidik tapi tetap bersahabat. Siang ini aku mengikuti ayahku bertugas. Dengan sabar beliau mendengarkan keluhan kesah orang-orang di pulau-pulau terpencil itu, bagi mereka seorang dokter adalah orang yang serba bisa, mulai dari menyembuhkan penyakit hingga memberikan solusi terbaik bagi masalah yang terjadi dikampung mereka. Orang-orang ini sangat antusias menemui kami, entah untuk berobat atau sekedar ingin melihat kedatangan kami di rumah kepala desa. Mungkin bila di banding-bandingkan, ayahku setara terkenalnya dengan P. Ramle bintang film terkenal dari negeri jiran Malaysia yang film-filmnya menghiasi televisi hitam-putih kesayanganku. Lebih mudah menangkap sinyal frekuwensi negeri jiran tersebut daripada tayangan televisi Republik Indonesiaku tercinta. Aku pun ikut tersenyum melihat anak-anak kecil berdesakan di dekatku, mereka ingin melihatku lebih dekat, bahkan sedekat kulit dan bajuku.

Hari telah menjelang sore, sudah tiga pulau yang kami kunjungi. Ayahku memutuskan untuk kembali ke puskesmas dan melanjutkan kunjungannya esok hari. Ikan-ikan kecil mengikuti perahu motor yang membawa kami. Perahu ini biasa di sebut pompong dikerenakan bunyi mesin motor yang mendorong perahu kayu ini seperti pemain gendang yang patah hati menggebuk ember pecah, seperti suara merdu penyanyi rock yang kena radang tenggorokan. Perahu ini hanya dapat memuat empat sampai lima orang ditambah seorang sang juru kemudi yang dengan sigap mengendalikan perahu membawa kami membelah sungai-sungai berair jernih dengan pohon-pohon bakau dikiri dan kanannya menuju satu pulau dan berpindah ke pulau yang lainnya. Perahu inilah satu-satunya alat transportasi yang bisa di gunakan didaerah beribu pulau ini.

Ayahku adalah sosok laki-laki biasa, sama biasanya seperti nelayan yang berjuang mencari ikan di laut, atau toke toko kelontong di pasar, atau penjaga kebun durian di halaman belakang puskesmas tempat ayahku bertugas. Mereka adalah orang-orang biasa yang berjuang untuk hidup tanpa mengeluh. Ayahku ditinggal kedua orang tuanya ketika beliau masih kecil, hidup berpindah dari keluarga yang satu dan keluarga yang lain membuatnya tak takut untuk menghadapi cobaan demi cobaan. Ayahku pernah bercerita, dulu beliau sebatang kara terlunta-lunta di Jakarta setelah menamatkan sekolah tinggkat lanjutnya. Hijrah ke Jakarta mengadu nasib di ibukota adalah satu-satunya pilihan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Beliau di terima di sebuah peguruan tinggi negeri ternama di Bandung, Institut Tehknologi Bandung, mendengar namanya saja sudah merinding aku dibuatnya. Tanpa pikir panjang ayahku melarikan diri ke Bandung, menjadi seorang Insinyur, mungkin itulah yang terpikir oleh beliau pada saat itu. Setelah mengikuti tahap-tahap penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi tersebut, ayahku mendapat kabar yang mengejutkan dari temannya, beliau dinyatakan lulus penyeleksian di perguruan tinggi di Jakarta, Universita Indonesia. Dengan suka cita kembalilah ayahku ke Jakarta dengan pilihan terakhirnya untuk menjadi dokter.


"may be i am not a good girl like your wishes... but you always be my hero"

No comments: